Istilah multitasking dan monotasking memiliki popularitas yang cukup berbeda. Di satu sisi, multitasking merupakan istilah yang cukup populer dan skill yang banyak orang inginkan karena bisa menyelesaikan banyak pekerjaan dalam waktu cepat.
Di sisi lain, istilah monotasking nampak kurang populer. Beberapa orang mengatakan kalau ini adalah kebalikan dari multitasking. Untuk Kamu yang sudah mengetahui kedua istilah ini, pasti sering muncul pertanyaan kebiasaan mana yang lebih baik di antara keduanya.
Multitasking merujuk pada kebiasaan beberapa orang yang sering mengerjakan banyak tugas dalam satu waktu. Banyak orang melakukan kebiasaan ini karena merasa pekerjaan selesai lebih cepat.
Sebaliknya monotasking atau single tasking sendiri adalah kebiasaan hanya mengerjakan satu tugas dalam satu waktu. Bagi beberapa orang, kebiasaan ini lebih baik karena merasa bisa lebih fokus sehingga hasil kerjanya menjadi lebih maksimal.
Multitasking dan monotasking memiliki perbedaan yang cukup mencolok. Berikut penjelasan lengkap dari perbedaan antara keduanya:
Multitasking memerlukan proses kognitif yang kompleks karena otak harus berpindah-pindah antara beberapa tugas. Hal ini dapat menambah beban kerja mental dan membuat sulit untuk fokus, sering kali menyebabkan penurunan kinerja secara keseluruhan.
Di sisi lain, monotasking memungkinkan otak untuk beroperasi dengan efisien, karena memberi perhatian penuh pada satu aktivitas. Pendekatan ini meningkatkan kecepatan pemrosesan dan memori, sehingga hasil yang diperoleh cenderung lebih baik.
Tingkat fokus menjadi sangat berbeda antara multitasking dan monotasking. Dalam situasi multitasking, perhatian dibagi antara beberapa tugas, yang dapat mengurangi kualitas hasil kerja.
Sementara itu, monotasking memberikan kesempatan untuk mengarahkan semua perhatian dan energi pada satu tugas, sehingga meningkatkan konsentrasi dan hasil kerja.
Kualitas pekerjaan juga terpengaruh oleh cara seseorang mengelola tugas. Penelitian menunjukkan bahwa multitasking dapat menyebabkan kesalahan yang lebih tinggi dan hasil yang kurang memuaskan.
Sebaliknya, pendekatan monotasking cenderung menghasilkan kualitas pekerjaan yang lebih baik, karena kamu bisa memeriksa detail dengan lebih teliti dan seksama.
Dari segi produktivitas, banyak orang beranggapan bahwa multitasking meningkatkan efisiensi. Namun, studi menunjukkan bahwa multitasking justru dapat mengurangi efektivitas.
Pendekatan monotasking, di sisi lain, dapat meningkatkan produktivitas karena kamu menyelesaikan satu tugas sepenuhnya sebelum beralih ke yang lain, sehingga mengurangi waktu yang terbuang akibat berpindah-pindah fokus.
Stres dan kelelahan mental juga menjadi faktor penting dalam memilih pendekatan kerja. Melakukan banyak tugas sekaligus dapat menyebabkan stres dan kelelahan mental akibat beban kognitif yang tinggi.
Dengan monotasking, kamu bisa mengurangi tingkat stres karena memberi waktu untuk beristirahat di antara tugas-tugas.
Waktu yang dihabiskan untuk menyelesaikan tugas juga berbeda antara kedua pendekatan ini. Meskipun multitasking terlihat efisien, sering kali memakan waktu lebih lama untuk menyelesaikan berbagai tugas karena keterbatasan perhatian.
Dalam monotasking, fokus pada satu tugas cenderung lebih efisien, sehingga kamu mungkin merasa bahwa penyelesaian pekerjaan menjadi lebih cepat.
Keterampilan dan pembelajaran dipengaruhi oleh cara kamu mengelola tugas. Multitasking bisa menghalangi proses belajar, karena kesulitan dalam mempertahankan informasi baru yang dipelajari.
Sebaliknya, monotasking memfasilitasi pembelajaran yang lebih baik, memungkinkan kamu menyerap informasi dengan lebih mendalam dan mengingatnya dengan lebih mudah.
Dampak sosial dari cara kerja juga patut diperhatikan. Dalam interaksi sosial, multitasking dapat membuat seseorang tampak tidak terlibat, misalnya saat menggunakan ponsel saat berbicara dengan orang lain.
Monotasking, di sisi lain, menunjukkan ketulusan dan perhatian pada percakapan atau aktivitas, yang dapat memperkuat hubungan sosial.
Pengaturan waktu juga menjadi tantangan tersendiri. Dalam multitasking, sulit untuk mengatur waktu secara efektif saat melakukan banyak tugas sekaligus, meningkatkan risiko kehilangan tenggat waktu.
Dengan monotasking, kamu bisa membuat jadwal yang jelas untuk setiap tugas, sehingga memastikan semua pekerjaan selesai tepat waktu dan lebih terorganisir.
Terakhir, keterampilan manajemen diri sangat dipengaruhi oleh cara kamu bekerja. Meskipun multitasking mungkin terlihat sebagai tanda kemampuan adaptasi, pendekatan ini sering kali mengarah pada pengelolaan waktu yang buruk.
Di sisi lain, monotasking membutuhkan disiplin yang lebih tinggi dan keterampilan manajemen diri yang baik, membantu kamu menolak gangguan dan fokus pada satu tujuan dengan lebih efektif.
Sebenarnya sulit untuk menentukan kebiasaan mana yang lebih baik di antara keduanya. Untuk menjawabnya, perlu jelas dulu seperti apa kesibukan seseorang dan tingkat fokus yang perlu dicurahkan.
Bagi beberapa orang dengan banyak pekerjaan ringan yang perlu selesai dalam waktu singkat, kebiasaan multitasking mungkin lebih baik. Tetapi ini tidak berlaku jika pekerjaan Kamu cenderung sedikit dan membutuhkan tingkat fokus tinggi.
Pada kondisi tersebut, kebiasaan monotasking bisa menjadi opsi yang lebih baik karena hasilnya pasti lebih maksimal. Intinya pemahaman akan kebutuhan diri menjadi kunci dalam menerapkan kebiasaan multitasking dan monotasking.