Ngomong – ngomong soal uang.
Biasanya, orang memiliki 2 cara tercepat untuk mencari dan mendapatkan uang.
Pertama, seseorang akan bekerja untuk mendapatkan uang.
Dan yang kedua, seseorang akan mencari orang lain untuk meminjam uang.
Tapi bukan itu yang akan kita bahas.
Justru sebaliknya, dalam artikel kali ini kita akan membahas mengenai sejarah uang di dunia, beserta fungsi uang dari sudut pandang yang berbeda.
Kita akan membahas bagaimana orang-orang pada zaman dahulu hidup tanpa uang dan hanya mengandalkan sistem barter saja, serta mengapa sistem barter telah ditinggalkan saat ini.
Dan dalam artikel kali ini, kalian akan mendapatkan sebuah insight baru mengenai fungsi dari uang, yang saya yakin tidak banyak orang sadar tentang hal yang satu ini.
Mari kita mulai.
Sejarah Uang Di Dunia – Kegagalan Sistem Barter
Seperti yang kita tahu, pada zaman dahulu – manusia, atau dapat juga disebut dengan para pemburu – penjelajah ataupun pemburu – pengumpul, tidaklah memiliki ataupun menggunakan uang.
Mereka hidup dalam kelompok-kelompok kecil di dalam sebuah pemukiman atau pedesaan, yang setiap kawanannya melakukan perburuan, mengumpulkan, serta membuat segala hal yang dibutuhkan. Mulai dari makanan hingga peralatan, dan dari pakaian hingga obat-obatan.
Dan oleh karena itu, kebanyakan para pemburu-penjelajah pada zaman itu, hidup dalam model kegiatan ekonomi gotong – royong.
Setiap desa adalah satu kesatuan ekonomi yang mandiri, ditopang dengan gotong-royong serta melakukan barter dengan pihak luar. Dan tidak dipungkiri, bahwa satu kawanan kemungkinan memiliki satu keahlian khusus yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Hal ini dapat menjadi sebuah transaksi barter sederhana, seperti: “kami akan memberi kalian pakaian, dan kalian akan memberikan makanan untuk kami”.
Namun, barter hanya dapat efektif untuk pertukaran dengan produk terbatas, dan barter tidak dapat menjadi dasar dari sebuah unit ekonomi yang kompleks.
Sekarang coba bayangkan,
Kamu memiliki kebun apel yang paling berkualitas di daerahmu, namun pakaianmu telah rusak dan kotor, sedangkan kamu sedang membutuhkan pakaian baru untuk bekerja. Lalu kamu bertemu dengan seorang penjahit terkenal di kotamu yang dapat membuatkanmu sebuah pakaian baru yang kamu butuhkan untuk ditukar dengan apel berkualitas dari kebun milikmu.
Penjahit pun tertegun. Berapa banyak apel yang harus dia minta sebagai pembayaran?
Bisa jadi, ada orang lain yang sudah melakukan barter dengan berbagai jenis buah-buahan lain dengan si penjahit tersebut.
Ditambah lagi, apel lama-kelamaan dapat membusuk. Sekalipun si penjahit dapat mengkalkulasi berapa jumlah apel yang pantas untuk ditukarkan dengan sebuah pakaian. Barter – tidak selalu dapat dilakukan.
Lagi pula, sebuah perdagangan bisa terjadi jika setiap pihak menginginkan apa yang ditawarkan oleh pihak yang lain.
Coba bayangkan apa yang terjadi jika si penjahit alergi atau tidak menyukai buah apel, dan bagaimana jika yang dibutuhkan si penjahit tersebut adalah sebuah perceraian?
Memang, kamu dapat menawarkan apel ke seorang pengacara yang menyukai atau membutuhkan apel dan terjadilah transaksi tiga pihak. Namun, bagaimana jika yang benar-benar dibutuhkan oleh si pengacara adalah kertas atau buku?

Banyak orang telah berusaha untuk mengatasi masalah seperti itu dengan menciptakan sistem barter pusat, yang mengumpulkan berbagai jenis produk dan didistribusikan ke orang-orang yang membutuhkan.
Eksperimen paling besar pernah dilakukan di Uni Soviet, dan gagal.
Karena, dari – “setiap orang yang bekerja sesuai kemampuan mereka, dan menerima sesuai dengan kebutuhan mereka.” Berubah menjadi – “setiap orang akan bekerja sesedikit mungkin dan menerima sebanyak yang mereka bisa ambil“.
Karena itulah sebagian besar masyarakat telah menemukan sebuah terobosan baru, dan sebuah cara baru dalam menangani transaksi dalam jumlah besar – dan lahirlah “uang”
Sejarah Uang Di Dunia – Lahirnya Uang
Uang, bukan hanya sebagai alat untuk bertransaksi.
Bukan juga untuk menunjukkan harta dan kekayaan.
Apalagi digunakan sebagai ajang flexing di sosial media.
Uang. Nyatanya lebih dari itu.

Uang – bukanlah koin atau kertas.
Tapi Uang, adalah alat untuk menyatakan nilai berbagai benda – benda berbeda secara sistematis. Dan uang, merupakan terobosan baru manusia dalam pertukaran barang ataupun jasa.
Uang dapat berbentuk apapun dan telah diciptakan berkali-kali di berbagai tempat. Mulai dari kerang, kulit, garam, koin, hingga uang kertas yang sudah kita kenal sampai saat ini.
Bahkan menurut sejarah, rokok pernah digunakan sebagai ‘uang’ di dalam penjara ataupun kamp-kamp perang.
Segala pembayaran dan transaksi atas barang maupun jasa – semuanya dilakukan dengan rokok. Bahkan para tahanan yang tidak merokok – bersedia untuk menerima rokok sebagai alat pembayarannya.
Dan fakta lain mengenai penggunaan uang, terjadi pada abad ke -15.
Dimana uang dapat berguna untuk membeli surat pengampunan dosa, dari Gereja-Gereja Katolik pada masa itu.
Bahkan sangat dimungkinkan untuk menukar sebuah pencurian dengan penyelamatan, atau menukar sebuah kejahatan dengan penebusan. Asalkan, setidaknya para pelaku memiliki uang yang cukup untuk membeli surat pengampunan dosa yang disediakan.
Tapi dengan adanya uang, seorang petani apel juga akan sangat dipermudah. Tidak perlu lagi repot-repot untuk menghafal nilai tukar antara berbagai barang yang berbeda. Tidak perlu juga untuk repot-repot mencari para penjahit yang sangat membutuhkan apel untuk bisa ditukarkan.
Karena kuncinya, adalah setiap orang telah menginginkan uang.
Dan karena setiap orang menginginkan uang, itu berarti bahwa kita bisa menukarkan uang dengan apapun yang kita inginkan atau butuhkan. Oleh karena itu, uang adalah medium pertukaran universal yang memungkinkan orang untuk mengonversi hampir segala hal.
Tapi kenapa lembaran kertas berwarna yang kita sebut uang dapat bekerja atau digunakan?
Jawabannya adalah kepercayaan.
Kepercayaan Manusia
Kepercayaan adalah bahan baku dari semua jenis uang yang dicetak. Kepercayaan tercipta karena hubungan politik, sosial, dan ekonomi yang sangat rumit dalam jangka panjang. Dan karena semua orang percaya bahwa uang itu berharga, karena itulah uang dapat bekerja.
Dengan begitu, uang adalah sebuah sistem saling percaya yang paling universal dan paling efisien yang pernah diciptakan. Bahkan mungkin tanpa kita sadari, meskipun banyak dari kita memililiki latar belakang yang berbeda-beda, kita tetap bisa menyepakati keyakinan yang sama mengenai uang.
Juga dapat dikatakan, bahwa uang adalah satu-satunya sistem kepercayaan yang diciptakan manusia, yang menjembatani hampir setiap jurang kultural, dan yang tidak mendiskriminasi berdasarkan ras, agama, gender, atau budaya.
Bahkan seorang teroris yang sangat membenci negara Amerika dan budayanya sekalipun, tetap ‘mencintai’ uang dollar dan memiliki kesepakatan serta kepercayaan yang sama mengenai uang itu sendiri.
Oleh karena itu, uang dapat dikatakan sebagai pemersatu terbesar umat manusia. Bahkan melebihi agama sekalipun.
Lalu, ketika segalanya bisa dikonversi karena adanya uang, maka lahirlah:
“Hukum dingin penawaran dan permintaan”
Dan munculnya sistem kapitalisme.
Kesimpulan
Jika berbicara mengenai sejarah uang di dunia barangkali kita sudah pernah mendengarnya dimana-mana. Tapi pembahasan mengenai fakta tersembunyi uang, mungkin hanya sedikit dari kita yang tahu.
Berkembangnya uang dari masa ke masa hingga lahirnya uang digital sampai detik ini, merupakan sebuah terobosan dalam aktivitas perekonomian manusia. Semua hal menjadi serba mudah, serba cepat, dan serba efisien.
Tapi, dibalik kemajuan serta pertumbuhan ekonomi di dunia, secara bersamaan hal tersebut juga menimbulkan sebuah ‘bencana besar’ yang telah menunggu kita, dan akan menjadi sebuah ‘mimpi buruk’ bagi manusia jika kita tidak menghentikannya. Untuk lebih lengkapnya silakan baca disini.
Semoga bermanfaat.
Footnotes
Harari, Yuval Noah. 2018. Money. London: Vintage Minis