Global Warming: Bencana Karena Uang, Ekonomi, dan Manusia

Home » Article » Global Warming: Bencana Karena Uang, Ekonomi, dan Manusia

Category:

Berbicara mengenai global warming, efek rumah kaca, perubahan iklim, atau apapun itu. Semuanya dapat disimpulkan jika memiliki dampak yang sangat signifikan bagi kehidupan manusia.

Dan jika kita dapat melihat dengan seksama, lama-kelamaan kita semakin merasakan sedikitnya ‘ruang hijau’ di sekeliling kita.

Ditambah lagi dengan adanya polusi pabrik, meningkatnya volume kendaraan, dan semakin meningkatnya pencemaran lingkungan, secara otomatis mengakibatkan kualitas udara yang kita hirup dan cuaca sehari-hari yang kita rasakan, semakin lama semakin tak karuan.

Barangkali kita juga pernah berpikir –

“jika kita tidak terlalu berperan penting dalam masalah lingkungan di bumi ini, dan justru orang lain lah yang jauh lebih berperan penting dalam memikirkan masalah itu”

Tapi coba pikirkan lagi, bagaimana jika – 7 miliar manusia di bumi ini berpikir dengan cara yang sama.

Dalam artikel kali ini, Anda akan mendapatkan sebuah insight serta perspektif baru mengenai penyebab terbesar perubahan iklim dan pemanasan global, yang jarang disadari ataupun dibahas dimana-mana. Karena saya juga yakin, Anda sudah kelewat bosan mendengar istilah global warming beserta penyebabnya yang itu-itu saja.

Mari kita mulai.

Illustrasi Global Warming

Emisi Gas Rumah Kaca

Mungkin kita sudah sering mendengar mengenai “emisi gas rumah kaca”. Yang saya yakin, bahwa sebagian besar dari kita sudah menyadari seberapa berbahayanya bagi bumi ini dan kelangsungan hidup manusia.

Banyak kegiatan ataupun campaign-campaign yang mengingatkan kita mengenai isu lingkungan. Mulai dari persoalan sampah, penghematan energi, hingga pemanasan global (global warming). Tapi sejauh ini, itu semua gagal untuk mengubah perilaku banyak orang.

Realitanya, manusia tidak serius dalam menghadapi dan melakukan pengorbanan yang diperlukan untuk menghentikan bencana itu. Fakta juga menunjukkan, antara tahun 2000 dan 2010 kadar emisi gas tidaklah turun sama sekali. Malah sebaliknya, kadar emisi di udara mengalami kenaikan setiap tahunnya. 

Salah satu pergerakan paling besar dalam menangani kasus emisi gas rumah kaca adalah ‘Protokol Kyoto’ pada tahun 1997. Tapi sayangnya, protokol tersebut hanya bertujuan untuk menghambat pemanasan global, dan bukan untuk menghentikannya.

Tapi mengapa emisi gas rumah kaca sangatlah sulit untuk dihentikan? 

Barangkali banyak yang belum sadar, tapi jawabannya adalah karena faktor ekonomi.

“Loh kok ekonomi?”

“Bukannya harusnya asap kendaraan, asap pabrik, dan berbagai faktor lainnya?”

Tenang dulu, silakan simak sampai akhir untuk tahu penjelasannya 🙂

Lanjut!

Penyebab Global Warming – Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi sangatlah penting bagi manusia. Karena ketika manusia berproduksi lebih banyak, kita juga bisa mengonsumsi lebih banyak, dan juga berdampak dalam menaikkan standart hidup bagi setiap orang.

Terlebih lagi, selama manusia berkembang biak, otomatis pertumbuhan ekonomi sangatlah dibutuhkan untuk mencukupi kehidupan setiap orang. Dan jika ekonomi tidak bertumbuh, atau bahkan turun dan menyebabkan krisis, itu akan berdampak sangatlah fatal, dan bisa jadi menyebabkan kerusuhan dimana-mana.

Illustrasi Pertumbuhan Ekonomi

Dari sini kita dapat melihat berbagai manfaat jika ekonomi terus bertumbuh – Standart hidup manusia meningkat, tingkat kemiskinan menurun, dan tingkat pengangguran juga akan menurun.

Begitu juga sebaliknya jika ekonomi tidak bertumbuh – Tingkat kemiskinan akan semakin melonjak, pengangguran akan semakin banyak, dan pemberontakan ataupun kerusuhan bisa terjadi dimana-mana.

Tapi apakah ekonomi akan terus tumbuh selamanya? Ataukah pada akhirnya akan kehilangan sumber daya dan berhenti sama sekali?

Mungkin kita semuanya memiliki latar belakang yang berbeda-beda, mulai dari ideologi yang berbeda, budaya, agama, dan tujuan yang berbeda juga. Tapi meskipun begitu, pertumbuhan ekonomi tetaplah menjadi kunci untuk dapat merealisasikan tujuan kita yang berbeda-beda juga.

Dan untuk memastikan agar ekonomi dapat terus bertumbuh, kita harus menemukan sumber daya yang tidak akan habis. Satu solusinya adalah dengan terus mengeksplorasi serta menaklukan lahan-lahan baru.

Dapat dikatakan untuk dapat menghidupi banyaknya manusia yang ada, secara otomatis faktor ekonomi harus terus bertumbuh. Dan berita mengenai pertumbuhan ekonomi selalu merupakan berita yang enak untuk kita dengarkan.

Tapi karena emisi gas dan faktor pencarian sumber daya yang dilakukan, bagaimana jika pertumbuhan ekonomi juga berdampak dalam kerusakan lingkungan atau ekologi di dunia?

Kadar emisi gas hanya menurun pada saat krisis ekonomi. Bahkan menurut riset, penurunan kecil kadar emisi gas pada tahun 2008 hingga 2009, terjadi karena krisis ekonomi global.

Dengan mendengar kata ‘krisis ekonomi’, dapat dipastikan jika tidak akan ada satupun pemerintahan yang ingin mengalaminya.

Data Kenaikan Gas Emisi Global
Sumber: EDGAR – Emissions Database for Global Atmospheric Research/Homo Deus – Yuval Noah Harari

Tapi jika kemajuan dan pertumbuhan benar-benar berakhir dengan hancurnya ekosistem, harga itu harus dibayar bukan hanya oleh manusia, melainkan semua makhluk di bumi.

Ditambah lagi, seringkali ketika ada bencana melanda, yang miskin hampir selalu jauh lebih menderita daripada yang kaya. Bahkan jika yang kaya lah yang menjadi penyebabnya.

Pemanasan global sudah membawa dampak besar pada kehidupan masyarakat miskin di negara-negara afrika yang gersang, daripada masyarakat makmur di barat.

Lalu jika orang miskin adalah yang pertama yang akan menanggung ketika bencana ekologi dan stagnansi ekonomi itu datang, pertanyaan yang muncul adalah – “mengapa mereka tidak memprotesnya?”

Jawabannya adalah karena dalam sebuah dunia kapitalis, hidup orang miskin hanya akan membaik jika ekonomi tumbuh. Karena itu, tidaklah mungkin untuk mendukung setiap langkah dalam mengurangi ancaman ekologi di masa depan.

Melindungi lingkungan memang ide yang sangat bagus, tapi mereka yang tak bisa makan, akan jauh lebih khawatir uang mereka ‘kering’ daripada urusan melelehnya es kutub.

Riset terbaru juga membuktikan bahwa pada saat pandemi yang sempat menyebabkan krisis ekonomi dimana-mana, hal tersebut juga memengaruhi tingkat penurunan kadar emisi gas yang datanya dapat Anda lihat disini.

Kesimpulan

Lalu kira-kira, bagaimana cara untuk menghentikan global warming yang terikat dengan faktor ekonomi dunia? Dan yang di saat bersamaan juga dapat membawa bencana besar bagi seluruh spesies di bumi ini

Jujur saja, bahkan hingga artikel ini saya buat, saya sendiri juga belum menemukan jawabannya. 

Berbagai cara seperti menanam pohon, menghemat listrik, mengurangi penggunaan AC, mengurangi penggunaan kendaraan, atau menanggulangi limbah sekalipun. Barangkali sudah sering Anda dengar ataupun baca.

Namun, satu hal yang perlu dicatat adalah semua itu hanyalah cara untuk memperlambat laju global warming.

Dan bukan menghentikannya.

Barangkali jika ada diantara kalian yang sudah tahu atau ingin berpendapat mengenai bagaimana solusi untuk mengatasi itu semua, bisa memberitahu saya melalui email yang tertera pada halaman contact

Tapi meskipun jawabannya belum saya temukan, saya tetap berharap bahwa dunia semoga akan semakin membaik.

Atau paling tidak, Anda dan banyak pembaca yang lain dapat sadar, betapa parah dan kompleksnya masalah yang akan timbul jika kita terus-menerus melakukan hal yang sama, secara berulang-ulang, seperti sekarang ini.

Tentu saja, tulisan saya ini tidak akan semata-mata akan langsung menyadarkan banyak orang. Tapi paling tidak, saya sudah memberikan sebuah perspektif baru dari sebuah persoalan yang kita hadapi bersama saat ini. 

Tapi yang pasti, masalah Ini adalah sebuah masalah besar bagi kita semua. 

Dan karena itu, hal ini juga harus dipikirkan oleh banyak orang.

Dan saya, ingin mengajak Anda untuk berpikir.

Semoga bermanfaat.

Peace out!


Baca Juga